Musik Keroncong Dari Masa Ke Masa
Musik dikenal sebagai bahasa universal yang dikenal oleh seluruh bangsa di dunia. Ada beribu ribu macam dan jenisnya. Sudah menjadi bagian dari sejarah panjang budaya manusia.
Dalam hal ini Indonesia tak terkecuali, dengan suku dan kebudayaaan yang majemuk, musik daerah atau tradisionalnya menjadi bagian identitas bangsa secara keseluruhan. Keroncong satu dari sekian banyak musik tradisi Indonesia yang memikat banyak orang asing untuk mempelajarinya, bahkan diklaim negeri tetangga sebagai budaya asli mereka.
Peringatan untuk generasi muda Indonesia untuk lebih peduli dengan kesungguhan menjaga dan mengembangkan warisan budaya bangsa ini.
Abad ke 16 kawasan kepulauan Nusantara masih berupa kerajaan kerajaan kecil berdasarkan kesukuan yang tersebar dari Sumatera sampai Papua, banyak bangsa asing yang datang pada mulanya berniaga. Tak terkecuali bangsa kulit putih dari Eropa,datang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka punya, dengan mudahnya orang orang kulit putih ini menguasai kawasan kepulauan Khatulistiwa ini. Para pelaut Belanda dan Portugis saling berebut pengaruh di daerah yang mereka klaim sebagai wilayah taklukan mereka. Banyak opsir dari Portugis datang dengan mem
bawa budak
budak dari goa (India) dan Maluku, Di kala senggang mereka memainkan musik Fado yang ditenggarai sebagai pengaruh awal dari musik keroncong. Pada tahun 1641 Belanda berhasil menguasai hampir seluruh wilayah yang terbentang dari malaka sampai Maluku, sehingga pengaruh Portugis dipastikan habis, tapi ada suatu wilayah kecil di utara Batavia dekat dengan Sunda Kelapa bernama desa Toegoe.
Wilayah tersebut didiami oleh komunitas orang orang yang menjadi bekas budak orang Portugis yang disebut mardjikers atau secara literatur disebut orang yang dibebaskan dari pajak pemerintahan kolonial. Hal ini berlaku karena orang orang tersebut yang tadinya beragama Katolik Roma sesuai agama mayoritas orang Portugis, dirubah menjadi agama Kristen Protestan sesuai agama resmi pemerintahan kolonial Belanda waktu itu.
Para kaum mardjikers tetap mempertahankan budaya Portugis dari bahasa sampai tradisinya. Musik fado yang mempengaruhi tradisi bermusik orang di kampung Toegoe yang berinstrument dasar gitar dan ukulele terus mereka mainkan, dikembangkan dengan penyesuaian tradisi yang mereka punya. Sehingga selama lebih dari 3 abad semenjak adanya komunitas mardjikers, musik yang disebut keroncong Toegoe tetap terjaga, dan pada masa-masa awal inilah dikenal sebagai masa Keroncong Tempo Doeloe yang dikenal dengan Keroncong Stambul yang dimainkan saat pementasan sandiwara yang dikenal komedi Stambul, istilah tersebut diambil dari nama ibukota Turki Istambul.
Sumber :.majalahpraise.com
Dalam hal ini Indonesia tak terkecuali, dengan suku dan kebudayaaan yang majemuk, musik daerah atau tradisionalnya menjadi bagian identitas bangsa secara keseluruhan. Keroncong satu dari sekian banyak musik tradisi Indonesia yang memikat banyak orang asing untuk mempelajarinya, bahkan diklaim negeri tetangga sebagai budaya asli mereka.
Peringatan untuk generasi muda Indonesia untuk lebih peduli dengan kesungguhan menjaga dan mengembangkan warisan budaya bangsa ini.
Abad ke 16 kawasan kepulauan Nusantara masih berupa kerajaan kerajaan kecil berdasarkan kesukuan yang tersebar dari Sumatera sampai Papua, banyak bangsa asing yang datang pada mulanya berniaga. Tak terkecuali bangsa kulit putih dari Eropa,datang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka punya, dengan mudahnya orang orang kulit putih ini menguasai kawasan kepulauan Khatulistiwa ini. Para pelaut Belanda dan Portugis saling berebut pengaruh di daerah yang mereka klaim sebagai wilayah taklukan mereka. Banyak opsir dari Portugis datang dengan mem
bawa budak
budak dari goa (India) dan Maluku, Di kala senggang mereka memainkan musik Fado yang ditenggarai sebagai pengaruh awal dari musik keroncong. Pada tahun 1641 Belanda berhasil menguasai hampir seluruh wilayah yang terbentang dari malaka sampai Maluku, sehingga pengaruh Portugis dipastikan habis, tapi ada suatu wilayah kecil di utara Batavia dekat dengan Sunda Kelapa bernama desa Toegoe.
Wilayah tersebut didiami oleh komunitas orang orang yang menjadi bekas budak orang Portugis yang disebut mardjikers atau secara literatur disebut orang yang dibebaskan dari pajak pemerintahan kolonial. Hal ini berlaku karena orang orang tersebut yang tadinya beragama Katolik Roma sesuai agama mayoritas orang Portugis, dirubah menjadi agama Kristen Protestan sesuai agama resmi pemerintahan kolonial Belanda waktu itu.
Para kaum mardjikers tetap mempertahankan budaya Portugis dari bahasa sampai tradisinya. Musik fado yang mempengaruhi tradisi bermusik orang di kampung Toegoe yang berinstrument dasar gitar dan ukulele terus mereka mainkan, dikembangkan dengan penyesuaian tradisi yang mereka punya. Sehingga selama lebih dari 3 abad semenjak adanya komunitas mardjikers, musik yang disebut keroncong Toegoe tetap terjaga, dan pada masa-masa awal inilah dikenal sebagai masa Keroncong Tempo Doeloe yang dikenal dengan Keroncong Stambul yang dimainkan saat pementasan sandiwara yang dikenal komedi Stambul, istilah tersebut diambil dari nama ibukota Turki Istambul.
Sumber :.majalahpraise.com
Post a Comment